Elang dan Ular 🗯️💭

 Di sebuah hutan yang sangat rimbun,ada seekor elang yang lagi beristirahat di bawah pohon, dan dia melihat seekor ular yang sedang merayap sendirian. .

Kenapa dia memperhatikan ular ituu, karena di kehidupan lampau nya dia adalah seseorang yang berada di samping ular ituu, dia merasakan hidup nya sangat dingin, seseorang yg tadinya adalah pendengar yang baik untuk nya , namun banyak hal yang terjadi. Kehidupan yang terus berevolusi, penuh adaptasi agar tetap bertahan di duniaaa iniiii

"Aku gaa tega diaa harus selalu kedinginann seperti ituuu, tempat yang sangat dingin tidak ada satu hal apapun, dan penuh kehampaan, bagaimana yaaa kalau aku membawa nya terbang 😅😅😅😅" ucap Elang ituu setelah sekian lama memperhatikan kehidupan sang ular yang sangat misterius.

Dan dengan strategi yang pas saat ular sedang keluar dari sarang nya , sang elang langsung menyambar ular tersebut dan membawa nya naik untuk merasakan kehangatan di atas awan dan sinar mentari yang sangat indah 

Elang hanya ingin menunjukkan dunia dari sudut yang berbeda, memberi pengalaman baru, membawa ke tempat yang lebih tinggi. Tapi ular, dengan segala ketakutannya, masih meragukan niat itu.

"Jangan takut, aku tidak akan menjatuhkanmu. Aku hanya ingin kau melihat dunia dari sudut yang berbeda. Aku ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian." Ucap Elang meyakinkan


"Aku ingin percaya, tapi aku terlalu terbiasa melata. Terbang bukan bagian dari duniaku. Aku takut jika aku jatuh." Ucap ular tersebut. 


Elang merasakan tubuhnya mulai dililit perlahan. Bukan karena ular ingin menyakitinya, tapi karena ular terlalu takut.


"Jangan lilit aku... Aku tidak akan menjatuhkanmu... Aku tidak akan melukaimu..." suara elang bergetar, bukan karena sakit, tapi karena hatinya terluka melihat ketakutan di mata ular.

Ular menangis dalam diam.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya percaya... Aku sudah terlalu sering jatuh, terlalu sering merasa sendiri... Bagaimana jika kau lelah membawaku? Bagaimana jika suatu saat kau melepaskanku?"

Elang terbang lebih tinggi, mendekap ular lebih erat, tanpa sedikit pun menyakitinya.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku memilih membawa kamu bukan karena aku harus, tapi karena aku mau. Karena aku mencintaimu. Aku ingin kau melihat dunia yang lebih luas, bukan hanya tanah yang dingin dan sepi."

Ular terisak. Untuk pertama kalinya, ia ingin percaya. Tapi ketakutan di hatinya begitu kuat.

"Bagaimana kalau aku tetap takut?"

Elang tersenyum, menatapnya dengan lembut.

"Maka aku akan terus menggenggammu, sampai kau tak lagi takut."

Ular memejamkan mata, merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, lilitannya melemah,


Ular terdiam dalam genggaman elang. Ia bisa merasakan angin yang lembut membelai sisiknya, bisa melihat dunia yang lebih luas dari ketinggian yang belum pernah ia capai. Tapi hatinya masih dipenuhi ketakutan.


"Kenapa kau melakukan ini?" bisiknya dengan suara gemetar.

Elang mengepakkan sayapnya dengan lembut, menjaga agar ular tetap aman di genggamannya.

"Karena aku mencintaimu," jawabnya, suaranya penuh ketulusan.

"Aku tidak ingin kau sendirian di bawah sana, aku tidak ingin kau kedinginan. Aku ingin kau tahu bahwa ada tempat yang lebih tinggi, tempat di mana kau bisa melihat dunia dengan cara yang berbeda. Aku akan selalu menjagamu."

Air mata hampir jatuh dari mata ular, jika saja ia bisa menangis.

"Tapi aku takut... aku tidak tahu bagaimana caranya terbang..."

Elang tersenyum,

"Kau tidak perlu terbang. Aku di sini untuk membawamu. Aku tidak akan pernah menjatuhkanmu."

Perlahan, ketakutan ular mulai mencair. Ia tidak lagi menggeliat atau melawan. Untuk pertama kalinya, ia mencoba percaya.

Ular terdiam sejenak, meresapi kata-kata elang. Ia masih takut, masih belum terbiasa dengan kehangatan yang tidak mengancamnya. Selama ini, setiap kali ia merasa tidak aman, satu-satunya cara yang ia tahu adalah melilit sesuatu dengan erat—agar ia tidak jatuh, agar ia tidak kehilangan kendali.


Tapi elang... elang tidak ingin tercekik.

Elang hanya ingin dipeluk.


Perlahan, ular mencoba sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia tidak melilit dengan ketakutan, tidak menggenggam dengan rasa cemas. Ia hanya... bersandar. Ia membiarkan tubuhnya beristirahat di dalam genggaman elang, cukup erat untuk merasakan kehangatan, tapi tidak sampai menyakiti.


"Seperti ini, Elang?" tanyanya pelan, suaranya bergetar.


Elang tersenyum, mengepakkan sayapnya dengan lembut di udara yang luas.

"Iya, seperti ini, Ular... Aku bisa bernapas, dan kau juga bisa merasa aman. Kita bisa saling menghangatkan tanpa saling menyakiti."

Ular menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, ia merasa aman tanpa harus mencengkeram sesuatu dengan ketakutan.

Dan di bawah langit yang luas itu, untuk pertama kalinya juga, ular belajar bahwa cinta tidak harus berarti menggenggam terlalu erat. Cinta bisa berarti percaya.


Ular menatap ke bawah, melihat rawa tempat ia selalu berada. Tempat itu gelap, lembap, dan dingin. Ia ingat bagaimana dinginnya air yang menyelimuti tubuhnya, bagaimana kabut menutupi pandangannya, bagaimana sunyi selalu menjadi teman yang tak pernah pergi.


Tapi kini, di atas sana, di genggaman elang, dunia terasa berbeda. Angin membelai sisiknya, sinar matahari menghangatkannya, dan untuk pertama kalinya, ia bisa melihat luasnya dunia.


"Aku tidak pernah tahu langit seperti ini…" bisiknya.


Elang menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku membawamu ke sini karena aku takut kau kedinginan. Aku takut kau terus merasa sendirian di rawa itu… Aku ingin kau tahu bahwa ada dunia yang lebih hangat, ada tempat di mana kau tidak perlu selalu menggigil dalam sepi."


Ular menggigit bibirnya, perasaan hangat di hatinya bercampur dengan ketakutan yang masih tersisa.

"Tapi… rawa adalah rumahku. Aku sudah terbiasa di sana. Aku tidak tahu apakah aku pantas berada di langit sepertimu."

Elang mengeratkan genggamannya, tapi tetap dengan kelembutan yang sama.

"Kau tidak harus menjadi seperti aku, Ular. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau tidak harus selalu berada di tempat yang dingin dan sepi. Aku di sini, dan aku ingin kau merasakan dunia yang lebih luas, dunia yang tidak membiarkanmu menggigil sendirian."


Elang mengepakkan sayapnya dengan lembut, menjaga ular tetap aman dalam genggamannya. Langit terbentang luas di depan mereka, angin berbisik pelan, dan untuk pertama kalinya, ular tidak merasa takut.

Ular tidak lagi melilit terlalu erat.

Elang tidak perlu khawatir terluka.

Mereka hanya ada di sana, bersama.

Tanpa rasa takut.

Tanpa dingin.

Hanya kehangatan yang mereka bagi.

Di bawah langit yang luas itu, cinta mereka menemukan caranya sendiri.

💖💖💖💖💖


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangisan Pohon Mangga

Chiko & Chika

Cinta Yang Hangat Untuk Hati Yang Dingin