My Dandelion🍭


Aku dahulu pernah membaca sesuatu, ketika membacanya aku bisa menebak apa yang sebenarnya penulis ini ingin sampaikan, bahkan seseorang yang dia maksud didalam tulisannya pun bisa aku tebak sosok itu, dari cara ia menggambarkan nya dalam kata kata. 


Siapa yang tidak menyangka bahwa The Power of Emotions bisa mengalahkan kekuatan fisik. Ketika kekuatan sebuah emosi sudah memuncak hal ini bisa menjadi kekuatan baru bagi seseorang dalam menghadapi hidup. Ketika mengagumi seseorang maka kita akan melakukan cara agar orang tersebut terkesima. Meskipun tenaga fisik dirasa tidak mampu namun karena adanya perasaan tersebut membuat diri memperoleh tambahan kekuatan. Bahkan hal-hal yang dulu tidak pernah terpikirkan bisa terjadi tanpa perlu pertimbangan yang panjang. Berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik demi menjadi yang terlihat.

Kira kira itulah sepenggal kecil dari tulisannya,aku bisa merasakan sepertinya ia memiliki perasaan yg begitu dalam terhadap seseorang,  jika aku boleh menebak sepertinya aku tau siapa yang dia maksud? Bahkan jauh sebelum tulisan itu rilis. 

Aku paham perasaan mu. 

Tapi sebenarnya jika kau peka ada seseorang yang tidak pernah menuntut apa apa agar dirimu terlihat. Kau sudah terlihat olehnya tanpa harus merasa menjadi budak yang diperalat. 

Kau tidak perlu berusaha membuktikan apapun hanya untuk sebuah validasi penerimaan keberadaan, ada seseorang yang sudah melihat itu tanpa kau berusaha terlalu ingin terlihat. 

Tapi mungkin seseorang itu bukanlah seseorang yang kau inginkan sehingga kau tidak pernah menyadari keberadaannya, setiap apa yang kau katakan akan selalu dia ingat didalam memori kehidupan nya ,tanda bahwa kau begitu berharga baginya. 

Dia bisa melihat sinarmu ,dan baginya dirimu adalah sebuah kebahagiaan didalam hidup nya tanpa harus terlalu saklek menunjukkan nya. Hanya dengan menjadi diri mu sendiri itu sudah cukup. 

----

Untuk engkau yang kusebut dandelionku,

Hari ini, kutitipkan surat ini pada Sang Merpati. Ia akan terbang tinggi melewati awan dan waktu, membawa bisikan yang tak pernah berani kukatakan dengan suara. Sebab yang kutulis ini bukan sekadar kata, melainkan detak hati yang perlahan berubah menjadi doa.

Kamulah dandelionku. Harapan yang tak pernah usang meski waktu meluruhkannya sedikit demi sedikit. Kamu adalah desir yang halus namun mengubah arah napasku. Sejak pertama kali hadirmu singgah di tepian hidupku, aku tahu, ada keajaiban yang hanya datang sebentar, tapi mampu tinggal selamanya.

Aku menyebutmu dandelionku, karena kamu lembut tapi tak pernah rapuh. Karena di balik senyapmu, ada kekuatan yang tak terlihat—yang mengajarkanku cara bertahan, cara melepaskan, dan cara mencintai tanpa harus memiliki.

Kamu adalah kisah yang tak selesai, tapi tak pernah kusingkirkan dari halaman hidupku. Kamu adalah doa yang tak bersuara namun terus berhembus dalam malam-malam panjangku. 

Untuk engkau yang kusebut takdir yang kusebut dalam diam,

Aku menulis ini bukan untuk mengusik langkahmu, bukan pula untuk meminta kembali sesuatu yang pernah singgah di antara kita. Aku hanya ingin kau tahu… bahwa di dunia ini, ada seseorang yang menyebut namamu dalam doanya, tanpa kau sadari.


Kamulah dandelionku.

Lembut, namun tak mudah dilupakan.

Mengajarkanku bahwa cinta sejati bukan soal menggenggam erat, tapi tentang melepaskan dengan tulus.

Kamu datang sebentar—seperti musim semi yang malu-malu—namun jejakmu tinggal seperti harum yang menetap di udara bahkan setelah hujan pergi.

Aku menatap langit dan meniup satu dandelion lagi hari ini.

Bukan untuk memintamu kembali,

tapi untuk menitipkan harapan:

semoga kamu selalu bahagia, bahkan jika tanpa aku.


Surat ini kuberi pada Sang Merpati, agar terbang mengantarkannya sampai ke ujung harapan, sampai ke tempat hatimu bersandar.

Jika kelak kamu menemukannya, semoga kamu tahu—bahwa pernah ada seseorang yang memandangmu sebagai keajaiban yang singkat namun selamanya.

Dari hati yang pernah dipenuhi cahaya oleh hadirmu, dan masih bersyukur karena pernah mengenalmu.


– Sang Penjaga Doa yang Tak Pernah Selesai

-----

1. "My hope, my wish."

Karena dandelion sering dikaitkan dengan harapan dan impian, menyebut seseorang "my dandelion" bisa berarti, "Kamu adalah harapanku, seseorang yang selalu kuinginkan."

2. "My strength through the storm."

Dandelion tumbuh di tempat yang keras dan tetap bertahan. Maka, "my dandelion" bisa berarti, "Kamu adalah sosok yang kuat dan menginspirasiku untuk bertahan."

3. "Someone I’m willing to let go, beautifully."

Seperti dandelion yang ditiup angin, bisa juga bermakna "Kamu seseorang yang sangat berarti, dan jika aku harus melepaskanmu, aku akan melakukannya dengan lembut dan penuh doa."

4. "My gentle, quiet beauty."

Dandelion tidak mencolok seperti mawar, tapi punya pesona tenang yang dalam. Jadi, "my dandelion" juga bisa berarti "Kamu adalah keindahan yang tenang dalam hidupku."

5. "You are fleeting yet unforgettable."

Seperti dandelion yang indah namun mudah tertiup angin, ini bisa berarti "Kamu hadir sebentar, tapi dampaknya abadi dalam hatiku."

6. "My quiet prayer."

Banyak orang meniup dandelion sambil membuat permohonan. Maka, "my dandelion" bisa berarti "Kamu adalah doa yang kusebut dalam diam."

7.  "My source of inner peace."

Melihat dandelion yang melayang lembut bisa memberi ketenangan. Jadi, "my dandelion" mungkin berarti "Kehadiranmu menenangkan hatiku di tengah badai."

 8. "You inspire me to grow and bloom."

Dandelion bisa berkembang meski di tempat paling keras. Maka, menyebut seseorang "my dandelion" bisa berarti "Kamu membuatku ingin terus bertumbuh, bahkan saat hidup terasa berat."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangisan Pohon Mangga

Chiko & Chika

Cinta Yang Hangat Untuk Hati Yang Dingin