Untukmu, yang Hari Ini Genap 26 Tahun

Selamat ulang tahun,untukmu yang pernah menjadi tempat aku pulang diam-diam dalam doa, dan kini menjadi seseorang yang kukenal dari kejauhan dengan hati yang tenang.


Hari ini tanggal 1 Mei

tanggal yang selalu kuingat, bukan karena aku harus, tapi karena ada yang tak pernah bisa aku lupakan—tentangmu,


Aku tidak akan mengungkapkan banyak,

tidak seperti dulu—yang terburu, yang tumpah, yang gamang.

Kini aku menuliskannya dengan bahasa yang lebih dewasa,

lebih lembut.


Kupikir, kamu masih akan tetap sama:

diam, membaca, mungkin mengerti, mungkin juga tidak.

Tapi tak apa, aku hanya ingin mengucapkan ini:


Selamat bertambah usia, Chiko

semoga tahun ini menjadi ruang baru bagimu untuk menemukan makna,

dan tetap bertahan walau badai kadang datang tiba-tiba.

Aku harap kamu tetap menjadi dirimu yang penuh arah,

yang tahu kemana harus melangkah meski tak selalu mudah.


Dan jika suatu saat kamu membaca ini,

di antara sela hari yang mungkin lengang,

ingatlah bahwa pernah ada seseorang

yang tidak pernah meminta kembali,

hanya mendoakan dalam diam dengan tulus yang senyap.


Terima kasih,

karena pernah hadir pada malam-malam yang kini telah menjadi puisi.

Semoga hidupmu penuh berkat dan penuh damai,

dan semoga kamu menemukan rumah untuk jiwamu—

di sana, entah di mana, semoga kamu tahu ketika kamu tiba.

Selamat ulang tahun yang ke-26, Chiko

Terima kasih sudah hadir di dunia ini.

Terima kasih sudah pernah hadir juga di dunia kecilku, walau hanya sebentar.


Di usiamu yang ke-26 ini, aku berdoa semoga langkahmu selalu diarahkan Tuhan.

Semoga hatimu yang pendiam tapi dalam itu tetap kuat, tetap teguh, dan tetap penuh kasih dalam caramu sendiri.

Semoga segala pencarianmu—entah dalam hal hidup, ilmu, atau cinta—membawamu pulang ke tempat yang paling menenangkan jiwamu.


Engkau berharga.

Bukan karena apa yang kamu capai,

tapi karena Tuhan bilang kamu berharga.

Tetaplah hidup.

Tetaplah menjadi orang yang diam-diam mendoakan orang lain.

Tetaplah menjadi pribadi yang diam-diam menyalakan cahaya untuk sekelilingnya.


---

Kamu yang dulu pernah menjadi tempat aku bercerita panjang tanpa jeda,

yang mendengar tangis tengah malam tanpa bertanya terlalu banyak,

yang hadir diam-diam dalam ruang paling sunyi dari hatiku.


Kini tahun bertambah, waktu melangkah... dan kamu tetap di sana,

di antara kenangan yang kubiarkan tenang, tidak lagi kuusik,

seperti halaman buku yang ditutup perlahan tanpa marah, hanya dengan doa.


Aku berharap Tuhan melimpahkan setiap kebaikan yang pernah kamu semai dalam diam,

agar hidupmu dipenuhi kedewasaan yang lembut,

dan ketenangan yang tak lagi mengharuskanmu menahan apa-apa sendirian.


Semoga kamu selalu dikelilingi orang-orang yang melihatmu sebagaimana kamu sesungguhnya,

yang tidak hanya mengagumi pikiranmu yang tajam,

tapi juga bisa mengusap letihmu tanpa harus kamu minta.


Kamu berharga—bukan karena hebatmu, bukan karena kuatmu,

tapi karena dalam sunyi pun, kamu tetap bertahan.


Dan hari ini, dari kejauhan,

aku merayakan hidupmu… dengan diam yang penuh rasa syukur.


Selamat bertumbuh, Chiko.

Tetap jadi dirimu—yang kadang dingin, tapi dalamnya hangat.

Semoga damai Tuhan menyertai setiap langkahmu.


---

Aku tak lagi menunggu balasan,

karena kurasa beberapa hal memang diciptakan hanya untuk disampaikan,

bukan untuk kembali.

Tapi kamu tahu, bukan?

Ada doa-doa yang diam-diam tetap berjalan,

bahkan saat langkah kita menjauh dan suara tak lagi saling sapa.


Hari ini aku menatap langit,

dan entah mengapa, mengingatmu terasa seperti membuka jendela ke masa lalu

yang tidak ingin kulupakan,

meski tak lagi ingin kuhidupi.


Kamu pernah menjadi bagian dari prosesku menjadi seperti hari ini,

dan untuk itu, aku berterima kasih.

Aku tak pernah menyesal mengenalmu—tidak sekalipun.

Karena di satu titik, kamu adalah jawaban dari tangisku.

Dan di titik yang lain, kamu adalah alasan aku belajar menulis dengan jujur, meski harus menyembunyikan banyak hal di balik metafora.

Chiko,

di usiamu yang baru ini,

semoga hatimu semakin teduh dan bijak,

semoga langkahmu selalu dikuatkan oleh kasih yang tak terlihat namun nyata.

Semoga kamu tahu, meski tanpa harus hadir lagi dalam hidupku, karena kamu tak ingin

kamu tetap kupilih untuk selalu kuselipkan dalam bait-bait kebaikan.


Dan jika suatu hari nanti, entah pada tulisan siapa atau pada lagu yang entah darimana,

kamu merasa seperti ada yang menyapamu dalam diam,

barangkali itu hanyalah caraku menyampaikan:

aku pernah mendoakanmu seutuh itu. Dan mungkin... masih.


Selamat ulang tahun, kamu.

Tetaplah hidup dengan segala keunikanmu, dan temukan damai di tempat yang paling kamu sebut "pulang".


Dari seseorang yang dulu menangis, kini menulis 

Chika 🌸



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangisan Pohon Mangga

Chiko & Chika

Cinta Yang Hangat Untuk Hati Yang Dingin